Konsep waktu pada hewan poikiloterm berkaitan
dengan suhu lingkungan yang memiliki hubungan linear dengan laju perkembangan
serangga. Setiap spesies serangga memiliki kisaran waktu dan suhu optimum untuk
dapat hidup dan berkembangbiak. Dengan mengetahui konsep waktu, maka kita dapat
memprediksi kapan akan terjadi peningkatan populasi serangga yang dapat terjadi
setiap tahun. Dengan demikian dapat dilakukan pencegahan terhadap peningkatan
populasi serangga yang berpotensi sebagai hama pertanian.
Seperti pada kasus ulat bulu yang menyerang
tanaman mangga di Probolinggo tahun 2010 lalu, peristiwa ini tidak lepas dari
konsep waktu-suhu dimana peningkatan populasi ulat bulu yang menyerang tanaman
mangga terjadi ketika waktu dan suhu lingkungan di Probolinggo sesuai dengan
waktu-suhu optimum perkembangbiakan ulat bulu, sehingga laju perkembangbiakan
ulat bulu meningkat dengan cepat.
Dalam kisaran yang tidak mematikan, pengaruh paling penting oleh suhu
terhadap hewan poikiloterm dari sudut pandang ekologi adalah pengaruh suhu atas
perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini langsung tampak adanya hubungan
linear antara laju perkembangan jika diplotkan terhadap suhu tubuh. Tampak pula
bahwa penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut pada suhu terendah dapat
diabaikan, dan lagi makhluk yang bersangkutan secara tipikal menghabiskan waktu
dibawah suhu tinggi non linear.seringkali secara sederhana dianggap bahwa laju
perkembangan bertambah secara linear pada suhu di atas ambang perkembangan.
Hewan ektoterm atau poikiloterm tidak dapat dikatakan memerlukan waktu yang
lamanya tertentu. Yang mereka perlukan adalah gabungan waktu dengan suhu.
Gabungan ini sering disebut sebagai waktu-fisiologik. Pentingnya konsep
waktu-suhu terletak di dalam kemampuan konsep itu untuk memberikan pengertian tentang
waktu terjadinya sesuatu, dan tentang dinamika populasi hewan ektoterm atau
hewan poikiloterm (Soetjipta.1993).
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking